Sekilas.co – Kesehatan laki-laki kerap kali masih menjadi isu yang kurang dibicarakan secara terbuka di masyarakat. Padahal, pria memiliki kebutuhan kesehatan spesifik yang berbeda dari perempuan, baik secara fisik, hormonal, maupun mental. Kurangnya kesadaran akan hal ini membuat banyak pria enggan memeriksakan diri hingga muncul gejala serius.
Data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih berisiko terkena penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, hingga kanker prostat. Hal ini diperburuk oleh kebiasaan gaya hidup tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol berlebih, pola makan tinggi lemak, dan kurangnya aktivitas fisik.
Salah satu aspek yang sering diabaikan adalah kesehatan reproduksi dan hormonal. Testosteron sebagai hormon utama pria memainkan peran penting dalam pertumbuhan otot, fungsi seksual, dan energi harian. Penurunan kadar hormon ini secara alami seiring usia atau dikenal sebagai andropause bisa menyebabkan penurunan libido, lemas, bahkan depresi.
Kesehatan mental laki-laki juga perlu mendapat sorotan khusus. Budaya maskulinitas tradisional sering mendorong pria untuk memendam emosi dan enggan mencari bantuan saat mengalami stres, kecemasan, atau gangguan mental lainnya. Akibatnya, banyak pria mengalami masalah mental yang tidak tertangani dengan baik, bahkan hingga berujung pada risiko bunuh diri.
Dokter spesialis andrologi, dr. Irwan Santosa, menyatakan bahwa edukasi kesehatan laki-laki harus dimulai sejak usia muda. Pria perlu tahu pentingnya memeriksakan kesehatan prostat sejak usia 40 tahun, menjaga kadar hormon, dan memperhatikan sinyal tubuh yang tidak biasa, ungkapnya saat diwawancarai dalam seminar kesehatan pria di Jakarta.
Selain itu, olahraga teratur, nutrisi seimbang, dan pemeriksaan kesehatan berkala menjadi bagian penting dari pencegahan. Aktivitas seperti angkat beban, kardio ringan, hingga latihan fleksibilitas disarankan untuk menjaga kebugaran dan kesehatan jantung pria secara optimal.
Meningkatnya kesadaran publik terhadap kesehatan laki-laki kini mulai terlihat dengan hadirnya layanan kesehatan spesifik untuk pria di berbagai rumah sakit dan klinik. Pemerintah dan sektor swasta juga mulai mengadakan kampanye dan edukasi rutin yang bertujuan mengajak pria lebih peduli terhadap tubuh dan mentalnya.
Kesehatan laki-laki bukan sekadar isu individual, tapi juga berdampak pada produktivitas, keluarga, dan masa depan bangsa. Dengan pendekatan yang lebih terbuka, edukatif, dan berbasis kebutuhan gender, diharapkan laki-laki Indonesia bisa hidup lebih sehat, lebih sadar, dan lebih panjang umur.





