Penyakit yang Sering Meningkat Saat Banjir Waspadai Risiko Kesehatan Anda Sekarang

foto/istimewa

sekilas.coCurah hujan tinggi dan berbagai faktor lainnya dapat menyebabkan suatu wilayah terendam banjir. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), banjir merupakan bencana alam yang sering terjadi. Terbaru, banjir bandang yang melanda beberapa wilayah di Sumatra pada akhir November hingga Desember 2025 memicu duka mendalam bagi masyarakat Indonesia.

Hujan deras disertai longsor dan banjir bandang selama berhari-hari telah merendam ribuan rumah, merobohkan jembatan, serta menyebabkan ratusan korban meninggal dunia dan ratusan ribu orang lainnya harus mengungsi. Tak hanya meninggalkan kerusakan fisik dan krisis kemanusiaan, banjir juga membuka pintu bagi ancaman kesehatan yang sering luput dari perhatian.

Baca juga:

Penyakit–penyakit yang mengintai di balik air keruh, lumpur, dan sanitasi terganggu bisa membahayakan para korban banjir. Dalam situasi seperti ini, risiko infeksi, penyakit kulit, dan gangguan saluran pencernaan meningkat tajam. Berikut ini deretan penyakit yang berisiko meningkat akibat banjir:

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Bakteri ini menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Ketika makanan atau air tersebut tertelan, bakteri berkembang biak di dalam tubuh dan menyebabkan infeksi.

Demam tifoid lebih sering terjadi di lingkungan dengan sanitasi buruk dan akses air bersih terbatas. Dengan menjaga kebersihan dan menggunakan sumber air bersih, risiko penyakit ini dapat diminimalkan.

Menurut Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, diare merupakan penyakit umum pasca banjir. Penyakit ini biasanya disebabkan mengonsumsi air minum yang tercemar kuman atau zat tertentu.

Diare terjadi ketika frekuensi buang air besar meningkat dengan tekstur tinja lebih cair dari biasanya. Penting untuk selalu mencuci tangan, serta memasak makanan dan air hingga matang agar terhindar dari risiko ini.

Tidak jarang orang harus melewati genangan air saat banjir. Air banjir mengandung berbagai kuman yang dapat menyebabkan gangguan kulit, mulai dari gatal-gatal hingga infeksi.

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan menekankan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Mandi dengan air bersih dan sabun dapat menurunkan risiko penyakit kulit, termasuk selama banjir.

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira dan biasanya ditularkan melalui hewan, terutama tikus. Air kencing tikus yang bercampur genangan banjir dapat menyebabkan infeksi jika masuk melalui luka di kulit.

Untuk mencegah leptospirosis, disarankan mengenakan sepatu bot saat melewati banjir.

Kolera adalah infeksi akut pada saluran pencernaan akibat bakteri Vibrio cholerae. Penyakit ini menular melalui air atau makanan yang terkontaminasi, terutama di daerah dengan sanitasi buruk.

Kolera dapat menyebabkan diare berat secara tiba-tiba dan berpotensi mengancam nyawa karena dehidrasi cepat. Gejala biasanya muncul 12 jam hingga 5 hari setelah infeksi.

Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV) yang menyebar melalui kontaminasi air, makanan, dan feses manusia maupun hewan. Sanitasi yang buruk dan kesulitan menjaga kebersihan diri saat banjir membuat penyakit ini banyak menular.

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dan dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini bisa menyerang semua usia, terutama anakanak, dan berpotensi fatal.

Langkah pencegahan DBD meliputi menguras, mengubur, dan menutup tempat penampungan air, serta mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk.

Selain merusak pemukiman, banjir meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan. Beberapa penyakit yang berisiko meningkat meliputi demam tifoid, leptospirosis, kolera, hepatitis A, dan demam berdarah dengue.

Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

Memasak makanan dan air hingga matang

Menggunakan alas kaki saat melewati genangan banjir

Memastikan sanitasi dan air bersih tetap tersedia

Dengan memperhatikan langkah-langkah ini, risiko penyakit pasca banjir dapat diminimalkan dan kesehatan keluarga tetap terjaga.

Artikel Terkait